Ungkap Rahasia Kata-kata Gaul yang Jarang Diketahui

Kata-kata tidak baku adalah kata-kata yang penggunaannya tidak sesuai dengan kaidah bahasa baku. Kata-kata tidak baku ini biasanya digunakan dalam percakapan sehari-hari atau dalam ragam bahasa tidak resmi. Beberapa contoh kata tidak baku diantaranya “gue”, “lu”, “ente”, “nyokap”, dan “bokap”.

Meskipun kata-kata tidak baku tidak sesuai dengan kaidah bahasa baku, namun kata-kata ini memiliki peran yang penting dalam komunikasi. Kata-kata tidak baku dapat membuat komunikasi menjadi lebih santai dan informal. Selain itu, kata-kata tidak baku juga dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan atau emosi tertentu yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata baku.

Dalam konteks sejarah, kata-kata tidak baku telah digunakan sejak zaman dahulu. Kata-kata tidak baku ini biasanya merupakan bentuk-bentuk bahasa daerah yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia. Namun, seiring perkembangan zaman, penggunaan kata-kata tidak baku semakin berkurang dan digantikan oleh kata-kata baku.

Kata-kata Tidak Baku

Kata-kata tidak baku merupakan bagian penting dari bahasa Indonesia yang memiliki berbagai aspek penting.

  1. Penggunaan
  2. Fungsi
  3. Jenis
  4. Sejarah
  5. Perkembangan
  6. Pengaruh
  7. Kesalahan
  8. Perbaikan
  9. Standarisasi
  10. Pentingnya

Kata-kata tidak baku memiliki fungsi yang beragam, mulai dari membuat komunikasi lebih santai hingga mengungkapkan perasaan atau emosi tertentu. Jenis kata tidak baku juga beragam, mulai dari kata daerah hingga kata serapan. Sejarah kata tidak baku sangat panjang, karena kata-kata ini telah digunakan sejak zaman dahulu. Seiring perkembangan zaman, penggunaan kata tidak baku semakin berkurang dan digantikan oleh kata-kata baku. Namun, kata-kata tidak baku masih memiliki pengaruh yang kuat dalam bahasa Indonesia, terutama dalam komunikasi sehari-hari.

Penggunaan


Penggunaan, Informasi

Penggunaan kata-kata tidak baku sangatlah luas. Kata-kata tidak baku dapat digunakan dalam berbagai situasi, mulai dari percakapan sehari-hari hingga dalam karya sastra. Dalam percakapan sehari-hari, kata-kata tidak baku digunakan untuk membuat komunikasi menjadi lebih santai dan informal. Misalnya, orang akan lebih sering menggunakan kata “gue” daripada “saya” ketika berbicara dengan teman atau keluarga. Selain itu, kata-kata tidak baku juga dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan atau emosi tertentu yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata baku. Misalnya, orang akan lebih sering menggunakan kata “bete” daripada “jengkel” ketika merasa kesal.

Dalam karya sastra, kata-kata tidak baku sering digunakan untuk menciptakan efek tertentu. Misalnya, penulis dapat menggunakan kata-kata tidak baku untuk menggambarkan karakter yang berasal dari daerah tertentu atau untuk menciptakan suasana yang lebih santai dan informal. Selain itu, kata-kata tidak baku juga dapat digunakan untuk memberikan penekanan pada suatu hal tertentu. Misalnya, penulis dapat menggunakan kata “banget” untuk menekankan suatu hal yang sangat penting.

Penggunaan kata-kata tidak baku memiliki beberapa manfaat. Pertama, kata-kata tidak baku dapat membuat komunikasi menjadi lebih santai dan informal. Kedua, kata-kata tidak baku dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan atau emosi tertentu yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata baku. Ketiga, kata-kata tidak baku dapat digunakan untuk menciptakan efek tertentu dalam karya sastra. Namun, penggunaan kata-kata tidak baku juga memiliki beberapa kelemahan. Pertama, kata-kata tidak baku dapat membuat komunikasi menjadi tidak jelas atau bahkan salah paham. Kedua, kata-kata tidak baku dapat dianggap tidak sopan atau tidak profesional dalam situasi tertentu. Ketiga, kata-kata tidak baku dapat menghambat proses belajar bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Fungsi


Fungsi, Informasi

Kata-kata tidak baku memiliki beberapa fungsi penting dalam bahasa Indonesia, di antaranya:

  • Membuat komunikasi lebih santai dan informal

    Kata-kata tidak baku sering digunakan dalam percakapan sehari-hari untuk membuat komunikasi menjadi lebih santai dan informal. Misalnya, orang akan lebih sering menggunakan kata “gue” daripada “saya” ketika berbicara dengan teman atau keluarga. Selain itu, kata-kata tidak baku juga dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan atau emosi tertentu yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata baku. Misalnya, orang akan lebih sering menggunakan kata “bete” daripada “jengkel” ketika merasa kesal.

  • Menciptakan efek tertentu dalam karya sastra

    Dalam karya sastra, kata-kata tidak baku sering digunakan untuk menciptakan efek tertentu. Misalnya, penulis dapat menggunakan kata-kata tidak baku untuk menggambarkan karakter yang berasal dari daerah tertentu atau untuk menciptakan suasana yang lebih santai dan informal. Selain itu, kata-kata tidak baku juga dapat digunakan untuk memberikan penekanan pada suatu hal tertentu. Misalnya, penulis dapat menggunakan kata “banget” untuk menekankan suatu hal yang sangat penting.

Dengan demikian, kata-kata tidak baku memiliki fungsi yang penting dalam bahasa Indonesia, baik dalam komunikasi sehari-hari maupun dalam karya sastra. Kata-kata tidak baku dapat membuat komunikasi menjadi lebih santai dan informal, mengungkapkan perasaan atau emosi tertentu, dan menciptakan efek tertentu dalam karya sastra.

Jenis


Jenis, Informasi

Kata-kata tidak baku memiliki jenis yang beragam, di antaranya:

  • Kata daerah

    Kata daerah adalah kata-kata yang hanya digunakan di daerah tertentu. Misalnya, kata “nyokap” digunakan di Jakarta untuk menyebut ibu, sedangkan kata “emak” digunakan di Jawa Tengah untuk menyebut ibu. Kata daerah biasanya digunakan dalam percakapan sehari-hari dan jarang digunakan dalam tulisan resmi.

  • Kata slang

    Kata slang adalah kata-kata yang digunakan oleh kelompok tertentu, seperti anak muda atau kelompok profesi tertentu. Misalnya, kata “gaul” digunakan oleh anak muda untuk menyebut sesuatu yang keren, sedangkan kata “deadline” digunakan oleh wartawan untuk menyebut batas waktu penyelesaian tugas.

  • Kata kasar

    Kata kasar adalah kata-kata yang dianggap tidak sopan atau tidak pantas diucapkan. Misalnya, kata “bajingan” digunakan untuk menyebut orang yang jahat, sedangkan kata “brengsek” digunakan untuk menyebut orang yang bodoh.

Jenis kata tidak baku ini sangat penting untuk dipahami karena dapat mempengaruhi makna dan kesantunan dalam berkomunikasi. Misalnya, penggunaan kata daerah dalam situasi formal dapat dianggap tidak sopan, sedangkan penggunaan kata slang dalam karya ilmiah dapat dianggap tidak profesional. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan jenis kata tidak baku sesuai dengan situasi dan konteks komunikasi.

Sejarah


Sejarah, Informasi

Kata-kata tidak baku memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Kata-kata tidak baku sudah digunakan sejak zaman dahulu, dan banyak di antaranya berasal dari bahasa daerah atau bahasa asing. Misalnya, kata “gue” berasal dari bahasa Hokkien, sedangkan kata “lu” berasal dari bahasa Portugis.

Kata-kata tidak baku terus berkembang seiring waktu, dan banyak kata baru bermunculan. Kemunculan kata-kata tidak baku baru ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti perubahan sosial, budaya, dan teknologi. Misalnya, kata “gaul” mulai populer pada tahun 1990-an, seiring dengan berkembangnya budaya anak muda.

Sejarah kata-kata tidak baku sangat penting untuk dipahami karena dapat membantu kita memahami asal-usul dan makna kata-kata tersebut. Selain itu, sejarah kata-kata tidak baku juga dapat membantu kita memahami perkembangan bahasa Indonesia secara keseluruhan.

Perkembangan


Perkembangan, Informasi

Perkembangan kata-kata tidak baku sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain perkembangan teknologi, perubahan sosial, dan budaya populer. Berikut adalah beberapa aspek perkembangan kata-kata tidak baku yang perlu diketahui:

  • Pengaruh teknologi

    Perkembangan teknologi, seperti internet dan media sosial, telah mempercepat penyebaran kata-kata tidak baku. Kata-kata tidak baku yang awalnya hanya digunakan di daerah tertentu, kini dapat menyebar dengan cepat ke seluruh Indonesia melalui internet dan media sosial. Selain itu, teknologi juga telah menciptakan kata-kata tidak baku baru, seperti “chatting” dan “online”.

  • Pengaruh perubahan sosial

    Perubahan sosial, seperti urbanisasi dan globalisasi, juga mempengaruhi perkembangan kata-kata tidak baku. Urbanisasi menyebabkan banyak orang dari daerah pindah ke kota, sehingga bahasa daerah mereka terpengaruh oleh bahasa Indonesia. Selain itu, globalisasi juga menyebabkan banyak kata-kata asing masuk ke dalam bahasa Indonesia, yang kemudian diserap menjadi kata-kata tidak baku.

  • Pengaruh budaya populer

    Budaya populer, seperti film, musik, dan televisi, juga berperan dalam perkembangan kata-kata tidak baku. Kata-kata tidak baku yang digunakan dalam film atau lagu populer, dapat dengan cepat menjadi populer dan digunakan oleh masyarakat luas.

Perkembangan kata-kata tidak baku sangat penting untuk dipahami karena dapat membantu kita memahami perubahan yang terjadi dalam bahasa Indonesia. Selain itu, perkembangan kata-kata tidak baku juga dapat membantu kita memahami bagaimana kata-kata tidak baku digunakan dalam masyarakat.

Pengaruh


Pengaruh, Informasi

Pengaruh merupakan salah satu faktor penting yang membentuk perkembangan kata-kata tidak baku. Pengaruh ini dapat berasal dari berbagai aspek, seperti pengaruh bahasa daerah, bahasa asing, dan budaya populer.

  • Pengaruh Bahasa Daerah

    Bahasa daerah memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan kata-kata tidak baku. Banyak kata-kata tidak baku yang berasal dari bahasa daerah, seperti kata “nyokap” dan “bokap” yang berasal dari bahasa Betawi. Pengaruh bahasa daerah ini semakin kuat di daerah-daerah yang masih kental dengan budaya daerahnya.

  • Pengaruh Bahasa Asing

    Bahasa asing juga berpengaruh terhadap perkembangan kata-kata tidak baku. Banyak kata-kata tidak baku yang berasal dari bahasa asing, seperti kata “gue” yang berasal dari bahasa Hokkien dan kata “lu” yang berasal dari bahasa Portugis. Pengaruh bahasa asing ini semakin kuat di daerah-daerah yang memiliki banyak interaksi dengan orang asing.

  • Pengaruh Budaya Populer

    Budaya populer juga berpengaruh terhadap perkembangan kata-kata tidak baku. Banyak kata-kata tidak baku yang berasal dari budaya populer, seperti kata “gaul” dan “alay” yang berasal dari dunia hiburan. Pengaruh budaya populer ini semakin kuat di kalangan anak muda yang banyak mengonsumsi produk-produk budaya populer.

Pengaruh-pengaruh ini membuat kata-kata tidak baku terus berkembang dan berubah. Kata-kata tidak baku yang awalnya hanya digunakan di daerah tertentu, kini dapat menyebar dengan cepat ke seluruh Indonesia melalui media massa dan internet. Selain itu, pengaruh-pengaruh ini juga menyebabkan munculnya kata-kata tidak baku baru, sehingga kekayaan bahasa Indonesia semakin bertambah.

Kesalahan


Kesalahan, Informasi

Kesalahan merupakan bagian tak terpisahkan dari penggunaan bahasa, termasuk kata-kata tidak baku. Kesalahan dalam penggunaan kata-kata tidak baku dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti kurangnya pengetahuan tentang kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing, serta pengaruh budaya populer.

  • Kurangnya Pengetahuan tentang Kaidah Bahasa Indonesia

    Kurangnya pengetahuan tentang kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan salah satu faktor utama terjadinya kesalahan dalam penggunaan kata-kata tidak baku. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pendidikan formal, kurangnya minat terhadap bahasa Indonesia, atau kurangnya paparan terhadap bahasa Indonesia yang baik dan benar.

  • Pengaruh Bahasa Daerah atau Bahasa Asing

    Pengaruh bahasa daerah atau bahasa asing juga dapat menyebabkan kesalahan dalam penggunaan kata-kata tidak baku. Hal ini dapat terjadi karena pencampuran bahasa atau karena penggunaan kata-kata daerah atau bahasa asing yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

  • Pengaruh Budaya Populer

    Pengaruh budaya populer, seperti film, musik, dan televisi, juga dapat menyebabkan kesalahan dalam penggunaan kata-kata tidak baku. Hal ini dapat terjadi karena penggunaan kata-kata tidak baku dalam produk-produk budaya populer, yang kemudian ditiru oleh masyarakat luas.

  • Dampak Kesalahan dalam Penggunaan Kata-kata Tidak Baku

    Kesalahan dalam penggunaan kata-kata tidak baku dapat berdampak negatif, seperti kesalahpahaman, penilaian negatif dari orang lain, dan kesulitan dalam berkomunikasi secara efektif.

Untuk menghindari kesalahan dalam penggunaan kata-kata tidak baku, penting untuk memiliki pengetahuan yang baik tentang kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta untuk menghindari pengaruh negatif dari bahasa daerah atau bahasa asing dan budaya populer. Dengan demikian, penggunaan kata-kata tidak baku dapat diminimalisir dan kualitas komunikasi dapat ditingkatkan.

Perbaikan


Perbaikan, Informasi

Perbaikan merupakan upaya untuk memperbaiki atau menyempurnakan sesuatu, termasuk penggunaan bahasa. Dalam konteks “kata-kata tidak baku”, perbaikan bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kesalahan dalam penggunaan kata-kata tidak baku dan meningkatkan kualitas penggunaan bahasa Indonesia.

  • Penguasaan Kaidah Bahasa Indonesia

    Penguasaan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan dasar dari perbaikan penggunaan kata-kata tidak baku. Dengan memahami kaidah bahasa Indonesia, seseorang dapat mengetahui bentuk dan penggunaan kata-kata yang sesuai, sehingga dapat menghindari kesalahan dalam penggunaan kata-kata tidak baku.

  • Penggunaan Kamus dan Tesaurus

    Kamus dan tesaurus dapat menjadi alat bantu yang bermanfaat dalam perbaikan penggunaan kata-kata tidak baku. Kamus menyediakan informasi tentang makna, ejaan, dan penggunaan kata-kata, sedangkan tesaurus menyediakan sinonim dan antonim kata-kata, sehingga memudahkan seseorang menemukan kata yang tepat untuk digunakan.

  • Belajar dari Penutur Asli

    Belajar dari penutur asli bahasa Indonesia, seperti guru, dosen, atau penyiar, dapat membantu seseorang memperbaiki penggunaan kata-kata tidak baku. Penutur asli dapat memberikan contoh penggunaan bahasa yang baik dan benar, serta memberikan masukan langsung atas kesalahan yang dilakukan.

  • Praktik dan Pembiasaan

    Praktik dan pembiasaan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sangat penting dalam perbaikan penggunaan kata-kata tidak baku. Semakin sering seseorang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, semakin terbiasa dan semakin mahir dalam menggunakannya.

Perbaikan penggunaan kata-kata tidak baku sangat penting untuk meningkatkan kualitas komunikasi dan menghindari kesalahpahaman. Dengan menguasai kaidah bahasa Indonesia, menggunakan kamus dan tesaurus, belajar dari penutur asli, serta praktik dan pembiasaan, seseorang dapat meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Standarisasi


Standarisasi, Informasi

Standarisasi bahasa merupakan proses penetapan norma atau kaidah bahasa yang baku dan seragam untuk digunakan oleh seluruh penutur bahasa tersebut. Standarisasi memiliki peran penting dalam penggunaan “kata-kata tidak baku”, karena berfungsi untuk mengurangi variasi dan keragaman penggunaan bahasa, sehingga memudahkan komunikasi dan pemahaman antarpenutur.

Dalam konteks “kata-kata tidak baku”, standarisasi bertujuan untuk mengganti penggunaan kata-kata tidak baku dengan kata-kata baku yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini dilakukan melalui berbagai upaya, seperti penyusunan kamus, penyuluhan bahasa, dan pengajaran bahasa Indonesia di sekolah-sekolah.

Dengan adanya standarisasi, penggunaan “kata-kata tidak baku” dapat diminimalkan, sehingga komunikasi antarpenutur bahasa Indonesia menjadi lebih efektif dan efisien. Selain itu, standarisasi juga berperan dalam menjaga kemurnian dan kelestarian bahasa Indonesia.

Pentingnya


Pentingnya, Informasi

Kata-kata tidak baku memiliki peran yang penting dalam komunikasi sehari-hari. Kata-kata tidak baku dapat membuat komunikasi menjadi lebih santai dan informal, sehingga lebih mudah dipahami dan diterima oleh lawan bicara. Selain itu, kata-kata tidak baku juga dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan atau emosi tertentu yang sulit diungkapkan dengan kata-kata baku.

Namun, di sisi lain, penggunaan kata-kata tidak baku juga memiliki beberapa kelemahan. Kata-kata tidak baku dapat membuat komunikasi menjadi tidak jelas atau bahkan salah paham, terutama dalam situasi formal atau resmi. Selain itu, penggunaan kata-kata tidak baku secara berlebihan dapat merusak keindahan dan kemurnian bahasa Indonesia.

Oleh karena itu, penting bagi penutur bahasa Indonesia untuk memahami kapan dan bagaimana menggunakan kata-kata tidak baku dengan tepat. Dalam situasi formal atau resmi, sebaiknya digunakan kata-kata baku yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sementara itu, dalam situasi informal atau santai, penggunaan kata-kata tidak baku dapat diterima dan bahkan dianjurkan untuk membuat komunikasi lebih santai dan akrab.

Pertanyaan Umum tentang Kata Tidak Baku

Berikut adalah beberapa pertanyaan umum tentang kata tidak baku beserta jawabannya:

Pertanyaan 1: Apa yang dimaksud dengan kata tidak baku?

Jawaban: Kata tidak baku adalah kata yang penggunaannya tidak sesuai dengan kaidah bahasa baku. Kata-kata tidak baku ini biasanya digunakan dalam percakapan sehari-hari atau dalam ragam bahasa tidak resmi.

Pertanyaan 2: Apa saja contoh kata tidak baku?

Jawaban: Beberapa contoh kata tidak baku antara lain “gue”, “lu”, “ente”, “nyokap”, dan “bokap”.

Pertanyaan 3: Apa saja fungsi kata tidak baku?

Jawaban: Kata tidak baku memiliki beberapa fungsi, di antaranya membuat komunikasi lebih santai dan informal, mengungkapkan perasaan atau emosi tertentu, dan menciptakan efek tertentu dalam karya sastra.

Pertanyaan 4: Apa saja dampak negatif penggunaan kata tidak baku?

Jawaban: Penggunaan kata tidak baku secara berlebihan dapat merusak keindahan dan kemurnian bahasa Indonesia, serta dapat menyebabkan kesalahpahaman dalam komunikasi.

Pertanyaan 5: Bagaimana cara menghindari penggunaan kata tidak baku?

Jawaban: Untuk menghindari penggunaan kata tidak baku, penting untuk memahami dan menguasai kaidah bahasa baku. Selain itu, penggunaan kamus dan tesaurus dapat membantu kita menemukan kata baku yang tepat untuk digunakan.

Pertanyaan 6: Kapan penggunaan kata tidak baku dapat diterima?

Jawaban: Penggunaan kata tidak baku dapat diterima dalam situasi informal atau santai, seperti dalam percakapan sehari-hari atau karya sastra yang bertujuan untuk menciptakan efek tertentu.

Dengan memahami pertanyaan umum ini, diharapkan dapat membantu kita menggunakan kata tidak baku dengan tepat dan sesuai konteks.

Lihat juga: Bagian artikel lainnya

Tips Menggunakan Kata Tidak Baku

Berikut beberapa tips untuk menggunakan kata tidak baku dengan tepat dan sesuai konteks:

Tip 1: Kenali Konteks dan Situasi

Penggunaan kata tidak baku harus disesuaikan dengan konteks dan situasi komunikasi. Dalam situasi formal atau resmi, sebaiknya gunakan kata baku yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sebaliknya, dalam situasi informal atau santai, penggunaan kata tidak baku dapat diterima dan bahkan dianjurkan untuk membuat komunikasi lebih santai dan akrab.

Tip 2: Perhatikan Lawan Bicara

Perhatikan lawan bicara saat menggunakan kata tidak baku. Hindari menggunakan kata tidak baku dengan orang yang tidak akrab atau dalam situasi yang mengharuskan penggunaan bahasa yang lebih formal. Sesuaikan penggunaan kata tidak baku dengan tingkat kedekatan dan kenyamanan dengan lawan bicara.

Tip 3: Gunakan Secukupnya

Penggunaan kata tidak baku yang berlebihan dapat merusak keindahan dan kemurnian bahasa Indonesia. Gunakan kata tidak baku secukupnya untuk memberikan efek santai dan informal pada komunikasi, tetapi jangan sampai berlebihan sehingga merusak makna dan kesantunan.

Tip 4: Hindari Penggunaan yang Salah

Beberapa kata tidak baku memiliki makna yang berbeda dengan kata bakunya. Pastikan untuk memahami makna dan penggunaan kata tidak baku dengan benar untuk menghindari kesalahpahaman dalam komunikasi.

Tip 5: Biasakan Menggunakan Bahasa Baku

Meskipun penggunaan kata tidak baku dapat diterima dalam situasi tertentu, penting untuk membiasakan diri menggunakan bahasa baku yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Hal ini akan membantu kita berkomunikasi secara efektif dalam berbagai situasi dan konteks.

Dengan mengikuti tips ini, kita dapat menggunakan kata tidak baku dengan tepat dan sesuai konteks, sehingga komunikasi menjadi lebih efektif dan santun.

Lihat juga: Bagian artikel lainnya

Kesimpulan

Kata-kata tidak baku merupakan bagian penting dari bahasa Indonesia yang memiliki beragam fungsi dan makna. Penggunaannya yang tepat dapat membuat komunikasi menjadi lebih efektif dan sesuai konteks. Namun, penggunaan kata tidak baku secara berlebihan dapat merusak keindahan dan kemurnian bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk memahami kapan dan bagaimana menggunakan kata tidak baku dengan tepat.

Dengan menguasai penggunaan kata tidak baku dan bahasa baku, kita dapat berkomunikasi secara efektif dalam berbagai situasi dan konteks. Hal ini sangat penting untuk menjaga kelestarian bahasa Indonesia serta untuk meningkatkan kualitas komunikasi di masyarakat.

Images References


Images References, Informasi

Leave A Comment

Recommended Posts